Selasa, 06 Oktober 2009

Beberapa Pemikiran Politik

Rita, Si Cantik itu, Ternyata Calon Bupati
Oleh arifandigadjong - 3 Oktober 2009 - Dibaca 1600 Kali -

foto rita

Perkenalanku dengan Rita, belum lama, baru masuk bulan kedua, bisa dikatakan pertemuan yang sifatnya kebetulan, ya biasalah dari teman punya teman, lalu dikenalkan ke teman lainnya, akhirnya menjadi teman bersama. Kesan pertama yang muncul juga, bagi saya biasa-biasa saja, gaya bicara dengan intonasi datar, kesan ramah tetap ada, walau memang harus saya akui cenderung bahasanya berisi, sebagai bukti bahwa orang ini cukup berpendidikan. Model busana muslimah yang dikenakan, bagi saya juga biasa, walau terkesan model untuk wanita karir, agak simple. Ya biasa sajalah, namun satu hal harus saya akui, sebagai laki-laki tentunya, Rita ini “Cantik”.
Pagi itu, jam baru menunjukkan pukul 8.10 wib, saya sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta-Jakarta, padahal pesawat Garuda Indonesia, Jakarta-Balikpapan nanti pukul 11.30 wib. Pikirku waktu itu, daripada dapat penyakit Jakarta, macet, mending nongkrong di bandara. Chek ini belum buka, mau ngopi lagi puasa-waktu hari keempat puasa, bĂȘte juga jadinya. Untung saja bandara sangat ramai, orang lalu lalang itulah yang menghiburku.
“Assalamu Alaikum, Daeng”, sapa Kadir sambil ulurkan tangan. Saya jabat tangannya erat dan balas salam, kami pun rangkulan, hangat. Abdul Kadir, nama lengkapnya, sekitar 12 tahun baru ketemu lagi, walau komuniskasi lewat telpon masih aktif. Dia adik tingkat di fakultas ekonomi, Universitas Muslim Indonesia-Makassar. Waktu kuliah Kadir aktif sekali di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), selain di lembaga fakultas. Kami pun cengkerama asyik, biasalah kalau lagi nostalgia, dan tanya kabar keluarga masing-masing. Tak lama, Kadir kenalkan temannya, ternyata dia tidak sendiri.
“Rita” ucap teman Kadir itu singkat, tanpa embel-embel lagi, hanya tambah senyum dikulum, dikit aja. Cerita nostalgia dengan Kadir tetap jalan,baik yang seru, lucu sampai waktu Kadir ikut tertangkap pada kasus “Amarah Makassar-April Berdarah 96” dengan Kapolda Sulsel. Rita banyakan diam, senyum dan paling timpali sekenanya dan yang penting-penting saja. Ya perkenalanku dengan Rita, awalnya seperti itu saja, di pesawat juga walau kami bertiga satu seat, selama dua jam penerbangan, cerita ala kadarnya saja, mungkin pengaruh puasa, saya jadi tertidur hampir separuh perjalanan. Pisah dan salam-salaman di Bandara Sepinggan-Balikpapan, karena saya harus lanjut ke Tarakan jam 14.30 wita, dengan pesawat berbeda.
Dua hari kemudian, sore menjelang buka puasa, masuk sms di hp ku, ternyata dari Rita.
“Ass…bagaimana kabarnya? Maaf nomornya di kasih sama Kadir. by Rita”
Saya jawab salamnya dan kabar saya baik-baik saja. Perhatian juga si Cantik itu ya, pikirku. Setelah buka, masuk telpon Kadir, beri klarifikasi bahwa nomor saya diberi sama Rita, dan katanya Rita mau diskusi tentang banyak hal, khusunya tentang Pembangunan Tenggarong-Kutai Kartanegara. Saya okey kan saja, karena memang saya pikir apa salahnya diskusi tentang pembangunan daerah. Itu kan obyek menarik untuk di diskusikan.
Esoknya Rita Telpon, hanya untuk memastikan info dari Kadir, tentang apakah saya sering cari informasi lewat internet. Saya jawab, “iya”, karena di Tarakan banyak tempat hotspot gratis. Akhirnya Rita berpesan supaya buka web Tenggarong, dan coba kritisi visi misi pembangunannya, yaitu Gerbang Dayaku. Apakah paradigma itu masih relevan dengan kondisi sekarang atau gimana? Saya juga iyakan permintaan itu, walaupun secara prinsip sudah lama sekali tidak ikuti perkembangan informasi pembangunan Tenggarong. Ingatanku hanyalah bahwa Tenggarong pernah menjadi kabupaten terkaya di Indonesia, khususnya dari penghasilan minyak bumi dan batu bara. Nantilah, pak pintar internet bantu saya.
Di internet dengan bantuan goegle, Gerbang Dayaku berhasil saya unduh, dan sayapun baca berulang kali, saya menilainya program itu sangat ideal, seiring dengan impian masyarakat Tenggarong. Gerbang Dayaku terdiri dari dua kosa kata, yakni kata Gerbang dan Dayaku. Secara harfiah, kata Gerbang bisa diartikan “pintu depan” atau “pintu pengantar dan penjemputan”. Sedang kata Dayaku bisa diartikan “kekuatan diri” atau “kekuatan kemandirian”. Maka Gerbang Dayaku bisa diartikan sebagai “pintu pembuka kekuatan diri” atau “pintu pengantar kekuatan kemandirian”, dan pada sisi lain bisa juga dikatakan sebagai “pintu penjemputan” bagi orang luar-seperti investor, untuk membantu/bersama masyarakat Kutai Kartanagara dalam membangun daerahnya. Secara konotatif sebenarnya Gerbang Dayaku merupakan akronim dari gerakan pengembangan pemberdayaan Kutai, yakni sebuah model pendekatan pembangunan daerah Kabupaten Kutai yang berbasis pada pemberdayaan semua komponen, baik pemerintah, legislatif, masyarakat, maupun investor swasta. Di mana dalam konsepsi ini mengandung implikasi partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Visi utama Gerbang Dayaku adalah “ingin menciptakan masyarakat Madani” yakni bentuk masyarakat ideal yang diilhami oleh kehidupan agamis masyarakat Madinah yang saat itu hidup rukun, mandiri, penuh kreatifitas dan sejahtera lahir batin. Sehingga visi terciptanya masyarakat madani menjadi roh bagi Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai.
Misi utama Gerbang Dayaku adalah “memberdayakan seluruh komponen (pemerintah, legislatif, dan masyarakat) dalam proses pembangunan secara berkesinambungan”. Dalam pengertian ini setiap komponen/anggota masyarakat harus secara aktif terlibat dan mengambil peran dalam gerakan pembangunan berdasarkan kompetensi diri masing-masing. Dengan demikian setiap individu berhak dan wajib menyumbangkan potensinya dalam gerakan pembangunan tersebut. Dalam paradigma ini, sekecil dan selemah apapun kualitas SDM dan potensi seseorang pastilah bisa diberdayakan secara efektif, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, khususnya terhadap daerahnya. Di dalam misi tersebut terdapat peningkatan kualitas hidup dan usaha untuk mendorong dari bawah setiap anggota masyarakat yang kurang berdaya untuk mengembangkan potensi dirinya dalam menuju peningkatan tingkat kesejahteraannya.
Jadi, saya beri gambaran ke Rita, bahwa Program Gerbang Dayaku, relative bagus, cuma terlalu ideal, makanya dibutuhkan program aksi yang lebih real, supaya out put programnya bisa diukur. Salah satu syarat utama visi misi supaya dianggap realistis adalah bisa diukur tingkat keberhasilannya, serta mampu dan relevan dengan kebutuhan daerah setempat. Untuk bisa terukur, maka masih dibutukan seperangkat nilai, khususnya yang menjelaskan tahapan proses pembangunan dalam pencapaian target. Rita pun beri penjelasan, bahwa program aksi sementara dia pikirkan, terpenting katanya adalah tahapan itu bisa konsisten dengan tujuan yang diharapkan.
Tidak berselang lama, setelah saya sms tentang pandangan saya tadi, Rita nelpon untuk beri penjelasan lebih detail tentang tahapan proses itu, saya pun siap jadi pendengar setia lagi.
Menurut pandangan Rita, bahwa hanya masyarakat/pemerintah yang berpikiran maju, yang dapat mengantarkan kepada kemandirian, baik dalam pandangan ekonomi-politik- sosial dan budaya, sehingga bisa mencapai tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Dengan demikian posisi bermartabat baru bisa dikatakan telah di raih. Pencapaian obsesi masyarakat Kutai Kartanegara tetap dengan berlandaskan Program Gerbang Dayaku.
Maju, menurut Rita, menggambarkan kondisi dan situasi masyarakat yang selalu berupaya untuk menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, mau dan mampu mempelajari dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan sifat dan watak demokrasi dalam berbagai proses penentuan kebijakan, serta sadar akan pentingnya upaya pengelolaan SDA dan lingkungan dengan lestari demi masa depan generasi yang akan dating.
Mandiri, Rita tambahkan, mengandung makna kemampuan masyarakat untuk mengembangkan etos kerja yang tinggi, ulet, tekun dan kerja keras. Di samping itu masyarakat diharapkan mampu membangun interaksi social, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial budaya sehingga terjadinya kebersamaan dalam setiap gerak langkah membangun daerah.
Sejahtera, mengandung makna, tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat Kutai Kartanagara, yaitu terpenuhinya kebutuhan hak hidup yang diharapkan bagi segenap lapisan masyarakat. Kondisi ini bisa tercapai sebagai akibat langsung dari pola piker maju dan mandiri.
Bermartabat,berarti suatu kondisi masyarakat yang memiliki kesadaran akan makna jati diri, harkat dan martabat selaras dengan nilai-nilai agama, budaya dan norma-norma sosial. Masyarakat Kutai Kartanegara merasa bangga dan percaya diri untuk membangun secara kolektif guna mengejar ketertinggalan selama ini dengan berbagai prinsip, metode dan tehnik yang sesuai dengan agama yang dianut, nilai budaya dan norma sosial yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Kutai Kartanegara, Bangsa Indonesia, maupun perkembangan dalam hubungan dengan dunia internasional.
Selama dengar Rita, beri penjelasan, hp ku bolak balik, dari kuping kanan ke kiri, sampai tiga kali, panas juga kupingku. Untungya Rita, sudahi komentarnya, nanti kapan-kapan dilanjutkan lagi. “cerdas juga si cantik ini” gumanku. Sampai berapa kali komunikasi dengan Rita , maupun Kadir, tidak pernah kasih tahu ke saya, untuk apa visi misi tenggarong di diskusikan begitu serius. Pikirku, mungkin Rita ini sekedar braind storming aja dengan saya.
Seminggu, setelah komunikasi dengan Rita di telpon itu, Kadir pun menelpon, “Daeng, diundangki Ibu Rita ke Tenggarong tanggal 30/09/09, ada hal serius mau dibicarakan, katanya nggak etis lewat telpon”, ungkap Kadir serius. Awalnya, saya enggan juga, alasan lagi serius ikuti perang KPK vs Polri. Kadir anggap itu bukan alasan tepat, karena di Tenggarong, HotSpot juga banyak, termasuk di Hotel Singgasana ada, tempat yang sudah disiapkan. Kadir juga kabari, bahwa Alhamdulillah ibu Rita sudah terpilih sebagai Ketua DPRD Tenggarong, kemarin (16/09/09), terima kasih atas doa dan support selama ini. Wah, saya jadi tersudut, dan kegeeran, lha yang undang ketua DPRD baru. Saya okey kan akhirnya, cuma syaratnya saya nggak bisa bermalam, Kadir pun sepakati. “si Cantik itu, Ketua DPRD, ya”, gumanku.
Seperti hari yang dijanjikan, saya berangkat dari Tarakan ke Samarinda, dan di jemput sama Kadir di Samarinda. Dari Kota Samarinda lama perjalanan ke Hotel Singgasana-Tenggarong, sekitar 30 menit. Sampai di Hotel, Rita dan tiga orang lainnya, ternyata sudah ada duduk di Lounge Hotel, jadi enam orang dengan Kadir. Tanpa basa basi panjang, kami semua salaman dan kabar-kabari secukupnya. Rita pun menyodorkan bundle kertas kerja ke saya, kemudian saya baca sambil ngobrol.
Bundle yang diberikan Rita ke saya itu, ternyata visi misi calon bupati, saya pun termangu karena isinya itu sangat berkaitan dengan apa yang sering dibicarakan lewat telpon, apakah sms an atau bicara langsung, di akhir draf itu tertulis.
Visi misi Calon Bupati Kutai Kertanagara Periode 2010-2015, “Terwujudnya Masyarakat Kutai Kartanegara yang Maju, Mandiri , Sejahtera dan Bermartabat melalui Aktualisasi Program Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan dan Pemberdayaan Kutai)”
Ttd
Rita Syaukani

Mungkin karena Rita fahami saya lumayan terburu-buru, langsung dia buka pembicaraan inti, “saya berharap anda bisa membantu tim kami menyusun grand design tim pemenangan, sekaligus tolong dibuatkan koreksi kritis visi misi itu” jelas Rita singkat.
Terus terang saya hanya bisa manggut-manggut, nggak tahu bilang apa, pikiranku melayang jauh. “aduh, mana saya tahu grand design tim pemenangan, Kadir kan ahlinya”, gumanku dalam hati.
Dalam perjalanan pulang ke Tarakan, saya pun berpikir ternyata feeling ku tidak salah, Rita itu memang kelihatan cerdas, dan tetap masih bingung juga, grand design itu seperti apa ya, apa yang kurang dari visi misi itu? Siapa yang bisa bantu saya ya? Entahlah, ketemu juga nanti. “si cantik itu, ternyata calon bupati” bathinku kemudian.
Semoga Bermamfaat
Salam Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar