Selasa, 06 Oktober 2009

Beberapa Pemikiran Politik

SBY Terjepit Diantara Dua Tanduk
Oleh arifandigadjong - 24 September 2009 - Dibaca 609 Kali -

Pertarungan antara Kapolri dan KPK kian memanas dan masing-masing kubu telah memakan korban. Korban terkini adalah pencopotan dua anggota KPK, oleh SBY melalui PERPPU sebelum memulai lawatannya keluar negeri. Menurut berbagai kalangan, untuk sementara babakan ini dimenangkan oleh Kapolri. Jadi, Kapolri memang lagi naik daun, apalagi setelah diumumkan kepastian tewasnya gembong utama teroris Noordin M. Top.

Pertanyaan sekarang, apakah pertarungan ini telah selesai dan dimenangkan oleh Kapolri? Dan apakah ini berarti kekalahan ada di pihak KPK, di mana bisa berujung pada pembubaran lembaga tinggi Negara itu? Menurut saya tidak sesederhana itu.

KPK merupakan wujud keseriusan pemerintahan SBY untuk membrantas salah satu penyakit yang akut di negeri ini, yaitu Korupsi, baik pada periode pertama maupun periode kedua nantinya. Jadi saya yakini bahwa SBY tidak mungkin mengundang persepsi masyarakat, khususnya tentang perhatian yang tidak serius dalam pemberantasan korupsi dengan mengobok-obok KPK sampai demikian parah. Malah, pada satu sisi, pencopotan dua anggota KPK merupakan awal kebangkitan kembali dan salah satu bukti juga tentang keseriusan SBY memberantas korupsi, di mana dimulai dengan pembersihan internal.

Kalau PERPPU pencopotan anggota KPK ini mendapat respon public yang baik, sehingga memuluskan jalannya pemilihan anggota KPK baru dan berhasil menetapkan pimpinan KPK yang baru, barulah babakan perang selanjutnya ditabuh lagi. Mengapa babakan baru?

Di Indonesia ini ada syndrome politik yang sangat cenderung berlaku, yaitu semacam politik balas dendam dan populis. Ketika anggota KPK ini lengkap dan sudah punya pimpinan baru, maka dimulailah pemburuan mangsa, apakah mangsa baru ataukah mangsa lama yang dianggap belum selesai prosesnya.

KPK untuk populis dan mendapat pengakuan kembali sebagai lembaga Negara yang kualitasnya mumpuni untuk memberantas korupsi di negeri ini, maka tidak akan pandang bulu memburu target. Apakah kita yakin bahwa lembaga Kapolri itu bersih banget dari perilaku korupsi? Kalau jawaban kita tidak, maka pencarian mangsa bisa saja dimulai dari situ. Supaya KPK bisa populis, maka targetnya juga pasti bukan orang sembarangan di lembaga Kaporli. Malah untuk target populis, tidak menutup kemungkinan Istana Negara juga bisa di obok-oboknya.

Ketika KPK berhasil menembus korupsi yang dilakukan lembaga Kapolri, maka ini akan buat gerah juga SBY. Maka, demi populis, SBY akan mencopot lagi oknum yang terlibat. Demikianlah seterusnya yang akan terjadi, saling potong, saling jegal, rekayasa saling menghabisi antara satu dengan lainnya. Ini problematic utama sebuah Negara yang dominan di mana penyelesaian masalahnya lewat pendekatan politik. Kondisi ini, sedikit banyaknya pasti mengganggu kinerja pemerintahan yang diburu oleh target sukses pada KIB kedua. SBY betul-betul berada diantara dua tanduk. Untuk itu, bersiaplah menyambut babakan pertarungan yang lebih dasyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar